Sudah hampir setahun Dansa dan Dandu break.
Dandu memang sudah bilang bahwa ia tidak bisa memberi lebih pada hubungan kami. Yang dikarenakan faktor eksternal.
Dansa hanya terdiam. Tidak mengerti, ingin bertanya tetapi tidak bisa, jawaban apa yang bakal Dansa terima? Ini seperti halnya kau ingin bermimpi tetapi mimpimu dihalang, kau tidak boleh memimpikan terlalu ke depan. Jalanmu seakan sudah ditutup dengan tembok. Yah mungkin seperti itulah, kau tidak boleh melihat, mengetahui bahkan menginginkan apa yang terjadi didepannya. Dansa seperti berdiri di depan tembok.
Seperti yang pernah Dansa bilang, Dansa tetap menunggu Dandu. Dansa tetap menunggu dan memberikan cinta Dansa yang mungkin dipandang biasa oleh Dandu. Tetapi jika menurut Dandu menjadi hal yang meresahkan, Dansa minta maaf dan akan menjauh. Dan Dansa menyadari bahwa itu berarti Dansa sudah tidak berarti di hati Dandu. Mungkin juga itu disebabkan kesalahan Dansa. Serta Dandu mungkin tidak menerima kesempatan kedua, mungkin tidak sanggup membangunnya kembali, mungkin terlalu berat. Dansa tidak ingin membebani. Mungkin itu berarti seharusnya dari awal Dandu dan Dansa tidak pernah ada. Ya tidak pernah ada nama itu.
Yang terpenting Dandu harus mendahulukan panggilan Dandu dulu. Juga panggilan keluarga. Jika suatu saat... Dandu diminta mencari pasangan yang sesuai kebaikan bagi keluarga Dandu. Dan itu berarti tidak memilih Dansa. Karena Dansa tahu, Dansa telah melakukan kesalahan pada keluarga Dandu. Nila setitik kesalahan Dansa membuat rusak harapan Dansa. Dansa tahu tidak akan ada lagi kesempatan kedua. Walaupun Dansa sejujurnya masih berharap mendapatkan belas kasihan untuk kesempatan kedua. Tapi...apakah bisa?
Jika nantinya Dansa mendapat belas kasihan tersebut, kesempatan kembali itu...Dansa sungguh bersyukur. Dansa akan menggunakan kesempatan kedua ini sebaik-baiknya.
Tapi....
Dansa merasa tidak ada kesempatan itu terjadi pada diri Dansa.
Akankah Dandu menerima permohonan Dansa?
Mungkin jawabannya adalah tidak. Dansa harus menerima bahwa Dandu tidak dapat memberi lebih pada hubungan ini. Dansa harus menerima bahwa apa yang dikatakan Dandu dahulu sudah tidak berarti apa-apa. Sudah tidak ada cinta sepenuh hati, tidak ada cinta yang berkomitmen, cinta yang seperti menanam tanaman. Mudah dikatakan tetapi sulit dilakukan, sulit untuk melakukan perjuangan, terlalu riskan.
Tuhan....
Dansa takut bertanya padaMu soal hari depan.
Dansa takut memimpikan hari depan.
Dansa takut salah harapan, salah berharap.
Takut jika tidak sesuai dengan kehendakMu.
Dansa butuh ketenangan.
Dansa hanya ingin bilang bahwa Dansa mencintai Tuhan.
Tuhan pasti sayang Dandu dan Dansa.
Kuatkanlah iman Dansa.
Dandu memang sudah bilang bahwa ia tidak bisa memberi lebih pada hubungan kami. Yang dikarenakan faktor eksternal.
Dansa hanya terdiam. Tidak mengerti, ingin bertanya tetapi tidak bisa, jawaban apa yang bakal Dansa terima? Ini seperti halnya kau ingin bermimpi tetapi mimpimu dihalang, kau tidak boleh memimpikan terlalu ke depan. Jalanmu seakan sudah ditutup dengan tembok. Yah mungkin seperti itulah, kau tidak boleh melihat, mengetahui bahkan menginginkan apa yang terjadi didepannya. Dansa seperti berdiri di depan tembok.
Seperti yang pernah Dansa bilang, Dansa tetap menunggu Dandu. Dansa tetap menunggu dan memberikan cinta Dansa yang mungkin dipandang biasa oleh Dandu. Tetapi jika menurut Dandu menjadi hal yang meresahkan, Dansa minta maaf dan akan menjauh. Dan Dansa menyadari bahwa itu berarti Dansa sudah tidak berarti di hati Dandu. Mungkin juga itu disebabkan kesalahan Dansa. Serta Dandu mungkin tidak menerima kesempatan kedua, mungkin tidak sanggup membangunnya kembali, mungkin terlalu berat. Dansa tidak ingin membebani. Mungkin itu berarti seharusnya dari awal Dandu dan Dansa tidak pernah ada. Ya tidak pernah ada nama itu.
Yang terpenting Dandu harus mendahulukan panggilan Dandu dulu. Juga panggilan keluarga. Jika suatu saat... Dandu diminta mencari pasangan yang sesuai kebaikan bagi keluarga Dandu. Dan itu berarti tidak memilih Dansa. Karena Dansa tahu, Dansa telah melakukan kesalahan pada keluarga Dandu. Nila setitik kesalahan Dansa membuat rusak harapan Dansa. Dansa tahu tidak akan ada lagi kesempatan kedua. Walaupun Dansa sejujurnya masih berharap mendapatkan belas kasihan untuk kesempatan kedua. Tapi...apakah bisa?
Jika nantinya Dansa mendapat belas kasihan tersebut, kesempatan kembali itu...Dansa sungguh bersyukur. Dansa akan menggunakan kesempatan kedua ini sebaik-baiknya.
Tapi....
Dansa merasa tidak ada kesempatan itu terjadi pada diri Dansa.
Akankah Dandu menerima permohonan Dansa?
Mungkin jawabannya adalah tidak. Dansa harus menerima bahwa Dandu tidak dapat memberi lebih pada hubungan ini. Dansa harus menerima bahwa apa yang dikatakan Dandu dahulu sudah tidak berarti apa-apa. Sudah tidak ada cinta sepenuh hati, tidak ada cinta yang berkomitmen, cinta yang seperti menanam tanaman. Mudah dikatakan tetapi sulit dilakukan, sulit untuk melakukan perjuangan, terlalu riskan.
Tuhan....
Dansa takut bertanya padaMu soal hari depan.
Dansa takut memimpikan hari depan.
Dansa takut salah harapan, salah berharap.
Takut jika tidak sesuai dengan kehendakMu.
Dansa butuh ketenangan.
Dansa hanya ingin bilang bahwa Dansa mencintai Tuhan.
Tuhan pasti sayang Dandu dan Dansa.
Kuatkanlah iman Dansa.
Komentar
Posting Komentar