Langsung ke konten utama

"Kok Belum Menikah, Mbak?"

Mungkin pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang paling ditakuti oleh para manusia single yang berusia diatas 35 keatas. Khususnya perempuan. (Cat: kata 'single' lebih enak didengar daripada kata 'jomblo')

Hari itu aku sedang pijat refleksi. Dan pegawai yang memijatku mulai bertanya-tanya. Mulai dari seberapa sering pijat di tempat itu, tinggal dimana, sudah kerja atau masih kuliah, umur dan kemudian pertanyaan apa sudah berumahtangga atau belum. Semua aku jawab dengan ramah tanpa merasa terganggu. Hanya saja membuatku merenung.

Ketika dia bertanya, kok gak cari pacar? Apa pernah pacaran? Untuk pertanyaan ini jika dilontarkan pada tahun 2012 aku akan menjawab belum. Namun, dengan terpaksa aku menjawab sudah. Tetapi...tidak berlanjut. (Cat: aku berpikir ketika dekat dengan Dandu itu masa pacaran walaupun tidak dia akui di depan publik. Walopun sebelumnya pun juga tidak diakui di depan publik.) Dia bertanya kenapa. Aku menjawab bahwa tidak disetujui orang tuanya karena masalah...masalahnya saya campuran. Saya campuran Kupang NTT dengan Surabaya Chinese. Papa saya yang dari Kupang. (Cat: agak riskan jika harus ngomong soal suku) Kemudian kutambahkan bahwa permasalahan kedua adalah soal perbedaan umur. Dia lebih muda 7 tahun dari saya. (Cat: dan saya sedikit ngotot bahwa saya bagi kebanyakan orang masih dikira umur 20 sekian atau 30 an) Dia pun bercerita bahwa dirinya malah terbalik dikira sudah 20 sekian padahal masih 19 tahun. Aku bercerita mungkin karena saya di gereja lebih banyak berkumpul dengan anak-anak dan remaja pemuda. Dia pun berpikir juga mungkin karena lingkungan dia pernah bekerja adalah orang dewasa semua. Gak ingin menikah? Pertanyaan ini membuatku hampir tidak bisa aku jawab. Jika ya kenapa, jika tidak kenapa. Di masa lalu ada keinginan juga untuk menikah. Menemukan pasangan hidup yang bisa berdampingan. Bahwa selama masa sekolah, kuliah pun aku belum pernah berpacaran. Bahkan memasuki pekerjaan. Yang terjadi hanya lah aku hanya bisa suka dengan seseorang. Namun aku tak punya nyali untuk menyatakan cinta. Masih bersyukur bila orang itu mau ngobrol denganku. Tapi memang belum tentu dia suka padaku. Maka rasa suka itu selalu kusimpan. Aku juga pernah disukai orang. Tetapi bukankah lebih indah jika kami saling suka? Itupun pernah kualami. Bahkan aku berpikir ketika aku mendapatkannya, aku sangat berharap ini yang pertama dan terakhir. Aku ingin berproses bersama-sama, menjadi sahabat dan saudara tanpa menghilangkan cinta kasih dan komitmen. Namun...kami terkendala hal dari luar kami. Sehingga mempengaruhi hatinya. Pilihan yang sulit bagi kami untuk terus terkait dengan jabatan dan keluarga. "Jangan dengarkan orang lain. Itu hidupmu bukan hidup mereka." Ada yang berkata demikian. Namun, bila hal itu dijalankan mungkin sangat sulit. Orang pun akan gencar membuat kami pisah meski kami berbahagia. Aku pun sebenarnya tidak ingin hal ini terjadi. Sungguh diluar dugaan, bahwa jalannya kehidupan ku sangat berbeda. Dia pun juga sudah tidak mencintai ku lagi. Dan hanya bisa sebatas sahabat. Tapi aku ingin memahaminya bahwa di posisinya pun mungkin sulit. Namun, perempuan di dunia ini masih banyak. Banyak yang cantik dan sesuai dengan kriteria keluarganya. Maka aku berpikir masihkah aku mau menikah? Dimana kesetiaanku pun tidak dihargai sebagai hal yang mungkin bisa diperjuangkan. Hanya sebagai permainan. Usia semakin bertambah. Menikah....jika Tuhan berkehendak. Jika tidak biarlah hidupku menjadi berarti bagiNya dan orang lain. Meski tubuhku tidak mungkin untuk memproduksi keturunan. Tapi apakah untuk menghasilkan keturunan-kah kita hidup di dunia ini?

Bukankah hidup di dunia ini ukurannya bukan kebahagiaan suatu pernikahan. Orang sering takut, bagaimana jika nanti seorang diri dan menjalani masa tua. Aku yakin aku tidak akan seorang diri. Meskipun aku hidup tanpa berkeluarga. Namun aku masih punya keluarga. Asal aku tetap berkomunikasi, menjalin hubungan dengan baik. Seorang teman pernah mengatakan padaku bahwa ia tidak suka bersosialisasi. Aku tidak ingin seperti temanku. Atau dia mengatakan hal tersebut karena ada alasan khusus. Aku rasa itu hak-nya itu hidupnya. Syukurlah dia masih mau bersandar pada Tuhan. Jadi hidup ini apa yang disebut bisa berbahagia? Apa yang harus kita capai? Apakah kita butuh pengakuan orang lain atau pengakuan Tuhan? Bukankah nanti suatu saat Tuhan yang akan menghakimi pribadi lepas pribadi. Tanpa ada perbandingan dengan yang lain. Apakah dengan menikah akan berbahagia? Apakah jika tidak menikah tidak akan berbahagia? TIDAK. Ukuran kebahagiaan bukan hal itu. Apakah jika tidak menikah itu berarti Tuhan tidak sayang? Atau ada yang salah dengan diri kita? Tidak menikah itu buruk, tidak baik, banyak godaan. Bukankah sama saja dengan orang yang sudah menikah? Lakukanlah apa yang telah Tuhan percayakan padamu. Dan aku melakukan apa yang Tuhan percayakan kehidupan padaku.

Soal pasangan hidup. Memang aku tidak ingin mencari yang asal. Aku juga tidak ingin mencari, namun Tuhan berikan di tahun 2015 lalu. Ketika keseriusan mau dijalani. Namun terkendala dengan lingkungan. Aku sendiri tidak mengerti mengapa terjadi seperti ini. Bahkan mendapat predikat baru yang jelek. Namun harus tetap berada di lingkungan tersebut. Tidak layak untuk diperjuangkan oleh orang yang dicintai, mendapatkan harga diri yang rendah, tapi sekaligus masih dibutuhkan. Tetapi mungkin itulah artinya seorang hamba, budak. Namun hamba ini masih diberi kehidupan untuk hidup, meski kebutuhan secara mental dan psikis telah dikikis. Dan mungkin seorang budak tidak pantas untuk menikah apalagi dengan "gembala".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Klip2 Refleksi "Passion"

Passion Seberapa besar cinta kita pada Tuhan Yesus? Ketahuilah Tuhan Yesus punya cinta yang lebih besar dari cinta yang kita punya dan yang bisa kita berikan. Lihat klip ini, aku menyadari bahwa kasih yang aku berikan tidak sepadan dengan kasih Tuhan Yesus. Terkadang dalam kehidupan, kita mencoba mencari cinta yang kita inginkan, dan ketika menemukan kita berusaha memberikan segalanya, cinta kita padanya. Bahkan ketika yang diberi cinta oleh kita itu menolak mendapatkan cinta kita, kita berseru, berteriak pada Tuhan. Tapi apakah kita juga berbuat demikian kepada Tuhan? Apakah kita pernah menyatakan rasa cinta kita pada Tuhan? Ketika kita menyatakan cinta dan kasih kita pada Tuhan, Tuhan sudah terlebih dahulu merespon cinta kita. Dia sudah lebih dulu mengasihi kita sejak kita dalam kandungan ibu kita. Nyatakanlah cinta kita, nyatakanlah kasih kita pada Tuhan, Dia sudah memberi lebih banyak cinta bahkan berkali-kali pada kita. I love you Jesus with all i am.....

A Loving Father (Bapaku Penuh Kasih)

I have a loving Father who never give up on me His love always there to restore me Yes I know He will care for me I know He will care for me In times of many trials In times of many tears And Yo never leave nor forsake me Yes I know He will care for me I know He will care for me Draw me closer to Your heart Embrace me in Your arms I will love You my Father You are my everything Bapaku penuh kasih tak pernah melupakanku KasihNya pulihkan hatiku ku tahu Dia perhatikanku S'lalu perhatikanku Saat badai menerpa air mata berlinang tak pernah Kau meninggalkanku ku tahu Kau perhatikanku S'lalu perhatikanku Dekat hatiMu Bapa dalam dekapanMu Kucinta Kau ya Bapa Kaulah segalanya ----------------------------------------- Thank you my loving Father in Heaven.... ga bisa terkatakan dan terbalaskan apa yang telah BAPA perbuat bagiku. KasihMu melebihi segalanya, lebih dari apa yang aku dapat di dunia. Mengingat segala permasalahan batin, pergumulan dalam hidup, soal pekerjaan, keluarga,

Me and Batik (version 1)