Sekarang sudah tahun 2011...sudah hampir 31 tahun aku hidup di dunia ini. Banyak perbedaan yang aku lewati. Perbedaan jaman yang semakin hari semakin canggih saja. Anak-anak bertumbuh dewasa dan dewasa, demikian juga diriku.
Dulu aku sering mendengar kalo orang tua suka ngomong, "Jaman sekarang beda dengan jaman dulu. Jaman dulu itu gini gini gini...., jaman sekarang duh sudah hilang deh. Rasanya pingin balik kayak jaman dulu." Aku pun yang masih sangat muda, dalam hati aku berkata "Ya memang jaman sekarang beda dengan jaman dahulu, ga bisa kalo balik lagi, lagian mana enak jaman dulu, lebih enak jaman sekarang segalanya mudah, yang dulu sudah kuno".
Tetapi lama kelamaan ketika aku bertumbuh dewasa, dan memperhatikan jaman, situasi yang berkembang dan berubah, tak ayal aku pun ingin kembali ke seperti jaman dahulu. Namun tak bisa dipungkiri kalo perubahan itu akan selalu ada, pilihannya kita bisa ikut atau tidak dan juga ada resikonya. What the best i can do is ... memilih mana yang baik bagiku untuk ikut berubah dan mana yang tidak, jika aku merasa perubahan itu merupakan hal yang negatif / buruk bagi kehidupanku.
Generasi milenial...suatu istilah yang aku dapat setelah aku membaca artikel di www.anakbersinar.com. Generasi yang lahir di atas tahun 1995. Jaman sekarang teknologi digital semakin merajalela, komunikasi instant dan digital mengalahkan komunikasi tatap muka. Semua orang baik dari anak-anak hingga dewasa (tentu saja yang masih bisa baca dan bicara) pegang handphone semua. Handphone dengan berbagai future. Kita tidak bisa menyalahkan keberadaan handphone, itu pun suatu karya manusia, yang tujuannya aku rasa cukup baik. Hanya saja bagaimana cara mereka yang memakai ini dengan bijak memakainya.
Satu contoh, ketika aku akan berlatih menyanyi dengan teman-teman remajaku untuk persekutuan doa, mereka semua pemain gitar. Ok, mereka datang, saya siap untuk berlatih lagu-lagunya. Duduk, dan di tangan tergenggam HP masing-masing. Gitar sudah dibawa mereka dan diletakkan, dan aku juga kaget kenapa bisa kebetulan 3 orang teman dihadapanku ini dengan kepala tertunduk ke bawah, dengan tangan memijat-mijat tombol HP, aku pikir cuma sebentar, ternyata agak lama. Hahaha...rupanya saya dicuekin dan ditaruh diurutan sekian setelah berurusan dengan SMS atau chatting masing2. Aku memandang tapi juga dengan perasaan agak miris...bagaimana jika Tuhan diperlakukan seperti itu. Ketika Tuhan memanggilmu, lalu kamu berkata "Sebentar Tuhan, ta balas SMS dulu...atau sebentar Tuhan ta balas chatting dulu sama temanku, lagi asyik ini ngobrolnya..." padahal Tuhan sudah bener2 ada di hadapan kita saat itu. Hiksss.....aku sedih dan aku berjanji pada diriku, "Tuhan, jangan sampai aku mencuekkanMu, jangan sampai ketika Kau datang dihadapanku atau memanggilku, aku tidak pedulu dan aku tidak perhatian...". Bahkan kalo aku di posisi Tuhan aja bila diperlakukan seperti itu rasanya juga sudah sedih banget.
Tentu saja aku tidak bisa menghentikan semua teknologi yang terus berkembang, keputusan untuk memakai itu pun juga tidak bisa dipaksakan pada setiap individu. Aku sendiri pun dalam pemakaian teknologi terkesan agak memilih, jika itu handphone, aku pasti pilih yang sesuai budget, kemudian bentuknya yang nyaman, features bahkan diurutan sekian. Tidak masalah bagiku bila HP tidak ada kamera / radio / GPRS...yang penting bisa buat telpon dan sms itu sudah lebih dari cukup. Aku lebih condong untuk beli kamera digital. Kalau kamera digital sudah ada, aku rasa HP ku tidak perlu ada kamera. Ya...aku rasa itu yang bisa kulakukan secara bijak untuk kehidupanku, yang nyaman bagiku, aku pun tidak iri ataupun merasa tersindir bila ada yang bilang HPku lama, ga modern. Aku sendiri ga tau kenapa aku bisa menerapkan prinsip hidup seperti itu, prinsip hidup sederhana. Kalo memang aku butuh HP dengan fasilitas yang lebih pasti aku beli. Tetapi karena diriku belajar untuk mengetahui apa yang jadi kebutuhanku dan apa yang harus kupenuhi.
Generasi Milenial...generasi yang akan terus tumbuh...dan menjadi PR buat kita supaya generasi ini juga tidak jauh dari Tuhan, jauh dari kasih sayang, dan mengajarkan mereka untuk memakai secara bijak teknologi yang ada. Kelihatannya memang tidak mudah dan itu akan menjadi PR kita...karena kita juga tidak mau masa depan mereka menjadi hancur. Kita juga harus terus berdoa bagi mereka, karena tentu kita tidak akan mampu melakukan dengan kekuatan kita sendiri, hanya kuasa Tuhan yang mampu memberi kekuatan. Kiranya generasi milenial menjadi generasi yang menjadi terang bagi dunia di masa depan.
Dulu aku sering mendengar kalo orang tua suka ngomong, "Jaman sekarang beda dengan jaman dulu. Jaman dulu itu gini gini gini...., jaman sekarang duh sudah hilang deh. Rasanya pingin balik kayak jaman dulu." Aku pun yang masih sangat muda, dalam hati aku berkata "Ya memang jaman sekarang beda dengan jaman dahulu, ga bisa kalo balik lagi, lagian mana enak jaman dulu, lebih enak jaman sekarang segalanya mudah, yang dulu sudah kuno".
Tetapi lama kelamaan ketika aku bertumbuh dewasa, dan memperhatikan jaman, situasi yang berkembang dan berubah, tak ayal aku pun ingin kembali ke seperti jaman dahulu. Namun tak bisa dipungkiri kalo perubahan itu akan selalu ada, pilihannya kita bisa ikut atau tidak dan juga ada resikonya. What the best i can do is ... memilih mana yang baik bagiku untuk ikut berubah dan mana yang tidak, jika aku merasa perubahan itu merupakan hal yang negatif / buruk bagi kehidupanku.
Generasi milenial...suatu istilah yang aku dapat setelah aku membaca artikel di www.anakbersinar.com. Generasi yang lahir di atas tahun 1995. Jaman sekarang teknologi digital semakin merajalela, komunikasi instant dan digital mengalahkan komunikasi tatap muka. Semua orang baik dari anak-anak hingga dewasa (tentu saja yang masih bisa baca dan bicara) pegang handphone semua. Handphone dengan berbagai future. Kita tidak bisa menyalahkan keberadaan handphone, itu pun suatu karya manusia, yang tujuannya aku rasa cukup baik. Hanya saja bagaimana cara mereka yang memakai ini dengan bijak memakainya.
Satu contoh, ketika aku akan berlatih menyanyi dengan teman-teman remajaku untuk persekutuan doa, mereka semua pemain gitar. Ok, mereka datang, saya siap untuk berlatih lagu-lagunya. Duduk, dan di tangan tergenggam HP masing-masing. Gitar sudah dibawa mereka dan diletakkan, dan aku juga kaget kenapa bisa kebetulan 3 orang teman dihadapanku ini dengan kepala tertunduk ke bawah, dengan tangan memijat-mijat tombol HP, aku pikir cuma sebentar, ternyata agak lama. Hahaha...rupanya saya dicuekin dan ditaruh diurutan sekian setelah berurusan dengan SMS atau chatting masing2. Aku memandang tapi juga dengan perasaan agak miris...bagaimana jika Tuhan diperlakukan seperti itu. Ketika Tuhan memanggilmu, lalu kamu berkata "Sebentar Tuhan, ta balas SMS dulu...atau sebentar Tuhan ta balas chatting dulu sama temanku, lagi asyik ini ngobrolnya..." padahal Tuhan sudah bener2 ada di hadapan kita saat itu. Hiksss.....aku sedih dan aku berjanji pada diriku, "Tuhan, jangan sampai aku mencuekkanMu, jangan sampai ketika Kau datang dihadapanku atau memanggilku, aku tidak pedulu dan aku tidak perhatian...". Bahkan kalo aku di posisi Tuhan aja bila diperlakukan seperti itu rasanya juga sudah sedih banget.
Tentu saja aku tidak bisa menghentikan semua teknologi yang terus berkembang, keputusan untuk memakai itu pun juga tidak bisa dipaksakan pada setiap individu. Aku sendiri pun dalam pemakaian teknologi terkesan agak memilih, jika itu handphone, aku pasti pilih yang sesuai budget, kemudian bentuknya yang nyaman, features bahkan diurutan sekian. Tidak masalah bagiku bila HP tidak ada kamera / radio / GPRS...yang penting bisa buat telpon dan sms itu sudah lebih dari cukup. Aku lebih condong untuk beli kamera digital. Kalau kamera digital sudah ada, aku rasa HP ku tidak perlu ada kamera. Ya...aku rasa itu yang bisa kulakukan secara bijak untuk kehidupanku, yang nyaman bagiku, aku pun tidak iri ataupun merasa tersindir bila ada yang bilang HPku lama, ga modern. Aku sendiri ga tau kenapa aku bisa menerapkan prinsip hidup seperti itu, prinsip hidup sederhana. Kalo memang aku butuh HP dengan fasilitas yang lebih pasti aku beli. Tetapi karena diriku belajar untuk mengetahui apa yang jadi kebutuhanku dan apa yang harus kupenuhi.
Generasi Milenial...generasi yang akan terus tumbuh...dan menjadi PR buat kita supaya generasi ini juga tidak jauh dari Tuhan, jauh dari kasih sayang, dan mengajarkan mereka untuk memakai secara bijak teknologi yang ada. Kelihatannya memang tidak mudah dan itu akan menjadi PR kita...karena kita juga tidak mau masa depan mereka menjadi hancur. Kita juga harus terus berdoa bagi mereka, karena tentu kita tidak akan mampu melakukan dengan kekuatan kita sendiri, hanya kuasa Tuhan yang mampu memberi kekuatan. Kiranya generasi milenial menjadi generasi yang menjadi terang bagi dunia di masa depan.
Komentar
Posting Komentar